Sejarah bilangan prima berlangsung selama ribuan tahun dan merupakan bagian penting dari kemajuan matematika. Bilangan prima, yang didefinisikan sebagai bilangan bulat dengan hanya dua pembagi positif, yaitu 1, dan dirinya sendiri, telah menjadi subjek penelitian matematika yang mendalam.
Pengkajian awal tentang bilangan prima dapat ditemukan kembali ke zaman kuno, terutama ke matematikawan Yunani kuno seperti Euclid, yang hidup pada abad ke-3 SM. Salah satu karya terkenal Euclid, "Elements," menyajikan bukti dasar bahwa ada banyaknya bilangan prima yang tak terbatas.
Selama berabad-abad, matematikawan dari berbagai budaya dan periode sejarah berkontribusi pada pemahaman kita tentang bilangan prima. Orang-orang seperti Al-Khawarizmi dari Persia dan Aryabhata dari India juga melakukan pekerjaan besar dalam bidang ini. Mereka menciptakan cara baru untuk menemukan bilangan prima dan pola distribusi.
Euler dan Fermat menciptakan teori bilangan pada abad ke-18. Salah satu kontribusi sejarah terbesar dalam memahami sifat bilangan prima adalah teorema Fermat tentang bilangan prima dalam bentuk 4n + 1.
Pada abad ke-19, matematikawan Jerman Carl Friedrich Gauss memperkenalkan konsep "distribusi asimtotik" bilangan prima, yang mengarah pada Teorema Riemann, yang merupakan salah satu kesimpulan paling rumit dan penting dalam Teori Bilangan Modern.
Sejarah bilangan prima menunjukkan keindahan dan kerumitan matematika yang abadi. Bilangan prima masih menjadi topik penelitian yang menantang dan inspiratif bagi para matematikawan hingga hari ini, meskipun telah dipelajari selama berabad-abad. Ini mungkin akan terus terjadi dalam tahun-tahun mendatang.