Setiap anak pasti memiliki rasa ingin tahu yang tidak terbatas, istilah inquiry-based-learning atau pembelajaran berbasis inquiry sudah menjadi tidak asing lagi dalam proses belajar mengajar. Inquiry-based-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang dirancang agar dapat memfasilitasi siswa untuk mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian atau eksperimen mereka sendiri.
Pembelajaran berbasis inquiry ini dirancang berdasarkan pertanyaan atau minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu. Pembelajaran ini berbasis inquiry dimana siswa melakukan proses pembentukan pengetahuannya sendiri. Yuk, kita simak lebih lanjut mengenai Inquiry-based-learning!
1. Mengenal Pembelajaran Berbasis Inquiry
Kata inquiry sendiri didefinisikan sebagai kegiatan untuk mencari sebuah kebenaran, informasi berdasarkan rasa ingin tahu. Setiap anak pasti akan melalui tahap inquiry di dalam kehidupan mereka sejak lahir. Dari mulai bayi, mereka akan memahami dan mulai menanyakan hal-hal yang tidak mereka ketahui.
Mereka pun mulai mengamati hal-hal tersebut, mencari sumber yang mereka temui. Proses mengamati pun dilanjuti dengan mengumpulkan data atau informasi menggunakan panca indera, mulai dari melihat, mendengar, merasa, menyentuh, hingga mencium.
Pembelajaran Berbasis Inquiry mendorong siswa untuk menjadi peneliti dan penemuan pengetahuan mereka sendiri. Pendekatan ini mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan komunikasi, kemampuan kolaborasi, serta rasa ingin tahu dan ketertarikan terhadap pembelajaran.
2. Lingkungan Pembelajaran yang Merangsang
Lingkungan pembelajaran yang menarik dapat memotivasi siswa dan mendorong mereka untuk berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran di sekolah. Ciptakan lingkungan yang terbuka, di mana siswa merasa nyaman untuk berbagi pendapat, mengajukan pertanyaan, dan berdiskusi. Fasilitas fisik yang terbuka, seperti ruang kelas yang terorganisir dengan baik dan penataan furnitur yang memungkinkan kerja kelompok, dapat mempromosikan interaksi dan kolaborasi.
Memiliki materi pembelajaran yang menarik juga menjadi sebuah cara agar anak-anak dapat mendapatkan perhatian penuh terhadap pembelajaran. Hal tersebut juga merangsang mereka untuk mengajukan pertanyaan terhadap hal yang mereka tidak ketahui. Gunakan media beragam, seperti gambar, video, atau bahan bacaan yang menarik, untuk menjaga ketertarikan siswa dan memfasilitasi pemahaman konsep secara lebih baik.
3. Guru sebagai Fasilitator Pembelajaran
Sebagai media pembelajaran, guru memiliki peran untuk mendukung dan membimbing siswa untuk terus bertanya dan berinteraksi dengan satu sama lain. Guru mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi, berbagi ide, dan membangun pengetahuan bersama. Mereka menggunakan strategi seperti pertanyaan terbuka, teknik pemecahan masalah kelompok, atau diskusi berbasis kasus untuk mendorong pemikiran kritis, refleksi, dan kerjasama.
Setiap anak memiliki rasa ingin tahu yang berbeda-beda. Maka dari itu, guru harus mengajak mereka untuk merumuskan pertanyaan mereka sendiri, dan memberikan tantangan atau masalah yang menarik. Mereka memfasilitasi proses penemuan dan eksplorasi, memberikan ruang bagi siswa untuk menjelajahi minat mereka sendiri, dan memperluas pengetahuan mereka di luar kurikulum.
4. Proses Pembelajaran Berbasis Inquiry
Proses pembelajaran dimulai dengan membangkitkan pertanyaan awal yang menarik minat siswa. Pertanyaan ini bertujuan untuk merangsang rasa ingin tahu dan menuntun siswa dalam penyelidikan lebih lanjut.
Selama proses pembelajaran berbasis inquiry, guru berperan sebagai fasilitator dan pemandu. Mereka membantu siswa merumuskan pertanyaan yang relevan, menyediakan sumber daya dan bimbingan yang diperlukan, memberikan umpan balik, dan memfasilitasi diskusi dan kolaborasi antara siswa.
Penting untuk diingat bahwa proses pembelajaran berbasis inquiry bukanlah langkah-langkah yang linier atau berurutan. Siswa dapat melangkah maju dan mundur antara tahapan ini sesuai dengan kebutuhan mereka. Fleksibilitas dan adaptasi dalam merancang dan menjalankan proses inquiry juga penting untuk mengakomodasi keunikan dan minat siswa.
Baca juga: Menyambut Masa Depan Dengan Transformasi Pendidikan
5. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif
Setiap anak akan memiliki pengembangan dalam keterampilan untuk berpikir kritis dan kreatif. Ini merupakan bagian dari pembelajaran inquiry-based-learning. Guru sebagai fasilitator pembelajaran harus mengajak siswa untuk mengajukan pertanyaan kritis tentang topik pembelajaran dan tantangan yang dihadapi. Dorong mereka untuk memecahkan masalah dengan berpikir alternatif dan menemukan solusi inovatif.
Kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif dan mengeksplorasi ide-ide baru merupakan bagian dari pembelajaran Sampoerna Academy untuk dapat mendukung mereka menemukan sesuatu yang baru melalui eksperimen. Siswa akan mendapatkan kesempatan untuk bekerja dalam tim dan menghadapi tantangan pemecahan masalah bersama. Ini membantu mereka melatih keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pemikiran kritis dalam konteks sosial.
Bergabung Bersama Sampoerna Academy
Belajar bersama Sampoerna Academy dapat menjadi solusi yang efektif bagi orang tua untuk meningkatkan keterampilan sang buah hati melalui program pembelajaran yang efektif dan juga metode pembelajaran STEAM.
Bersama Sampoerna Academy, mari bangun masa depan yang lebih baik untuk buah hati dan mempersiapkan buah hati menjadi pemimpin masa depan yang sukses. Jadwalkan kunjungan ke Sampoerna Academy yang ada di kotamu dan lihat secara langsung fasilitas sekolah, metode pengajaran dan dukungan program yang ada di Sampoerna Academy.
Untuk informasi lebih lanjut terkait pendaftaran, kurikulum, dan informasi seputar Sampoerna Academy silahkan mengunjungi laman website di sini.
Download Sampoerna Academy Booklet for Free!