Sebagai orang tua, pola asuh membawa peranan penting dalam membentuk kepribadian dan perilaku anak. Salah satu pola asuh yang menjadi perhatian banyak orang adalah pola asuh otoriter. Pola asuh ini memiliki tanda dengan kontrol yang kuat dari orang tua tanpa memberikan ruang yang cukup bagi anak untuk berekspresi dan berkembang secara mandiri.
Orang tua dengan pola asuh otoriter membawa dampak besar bagi kesehatan fisik dan mental anak. Apa saja ciri-ciri dan dampak pola asuh otoriter? Yuk, kita simak lebih lanjut di artikel ini!
Apa itu Pola Asuh Otoriter?
Pola asuh otoriter adalah gaya pengasuhan di mana orang tua cenderung mengatur anak-anak mereka sesuai dengan keinginan dan harapan mereka, tanpa memberikan penghargaan atau pujian yang memadai kepada anak-anak. Tujuan utama dari pola asuh ini adalah untuk membentuk rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi pada anak-anak. Namun, karena lebih berfokus pada kontrol daripada memberikan kebebasan ekspresi kepada anak-anak, pendekatan ini dapat menimbulkan tekanan yang berlebihan pada anak-anak.Ciri-Ciri Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter dikenali dengan penerapan aturan yang ketat dan tegas, karena orang tua percaya bahwa perilaku dan sikap anak perlu dibentuk melalui ketegasan aturan. Selain memiliki kendali penuh terhadap anak, berikut adalah ciri-ciri orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter:1. Banyak Aturan
Orang tua dengan pola asuh ini mengatur banyak aturan yang harus dipatuhi anak, yang mencakup setiap aspek kehidupan dan perilaku anak. Kadang-kadang, anak tidak diberikan penjelasan mengenai alasan-atasan aturan tersebut.2. Komunikasi Satu Arah
Komunikasi dalam pola asuh ini bersifat satu arah, di mana anak tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Orang tua cenderung enggan menjelaskan alasan di balik keputusan yang mereka buat, hanya mengharapkan anak untuk mematuhi aturan yang sudah ditetapkan.3. Bersikap Dingin
Orang tua dengan pola asuh ini cenderung bersikap dingin dan kasar. Mereka jarang memberikan pujian atau dukungan, lebih sering menegur atau memarahi anak. Mereka juga biasanya tidak mau mendengarkan keluh kesah anak, hanya fokus pada kedisiplinan.4. Mempermalukan Anak
Dalam pola asuh otoriter, orang tua percaya bahwa dengan mempermalukan anak, mereka dapat memotivasi anak untuk bertindak lebih baik. Mereka bisa menggunakan rasa malu sebagai alat untuk memaksa anak mematuhi aturan. Bahkan, mereka mungkin meneriaki atau mempermalukan anak di depan umum.5. Tidak Bisa Dibantah
Orang tua tidak memberikan kesempatan pada anak untuk membuat pilihan sendiri, bersikap dominan sehingga anak tidak bisa mengutarakan pendapatnya. Mereka merasa tahu apa yang terbaik untuk anak dan tidak memperbolehkan anak membantah aturan atau keputusan mereka.6. Menuntut tapi Tidak Responsif
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mungkin memiliki banyak aturan yang mereka terapkan (micromanagement), tetapi tidak responsif dalam menjelaskan mengapa aturan tersebut diperlukan bagi anak. Mereka lebih memilih untuk menuntut ketaatan tanpa memberikan penjelasan yang memadai kepada anak.Dampak Pola Asuh Otoriter
Membawa pola asuh otoriter membawa dampak negatif yang signifikan bagi anak dan tumbuh kembang anak, antara lain:- Anak menjadi lebih tidak percaya diri
- Anak kesulitan menjalin hubungan sosial dengan orang lain
- Anak kurang mampu mengatur emosi
- Rendahnya rasa inisiatif dan mandiri
- Anak tidak merasakan aman dan bahagia