November 21, 2023

Mengenal Sejarah Perkembangan Trem Dari Masa Ke Masa

Mengenal Sejarah Perkembangan Trem Dari Masa Ke Masa

Pada zaman dahulu, manusia telah berupaya untuk menciptakan alat transportasi yang efisien dan nyaman untuk mendukung mobilitasnya. Trem adalah salah satu angkatan pertama yang ada di Jakarta mulai tahun 1869 silam. Selain di Jakarta, Trem juga dapat ditemukan di Surabaya. 

Sejarah trem di dunia mencatat perjalanan yang panjang dan penuh warna, mulai dari gerbong-gerbong sederhana yang ditarik oleh tenaga kuda hingga sistem transportasi modern yang memanfaatkan tenaga listrik.

Sejarah Trem di Indonesia

Konsep trem modern pertama kali muncul pada abad ke-18, ketika Richard Trevithick, seorang insinyur Inggris, mengembangkan gerbong yang dapat ditarik oleh mesin uap.

Berlangsung berkembang hingga ke Batavia, yang kini sudah berubah menjadi Jakarta, Trem telah beroperasi melalui beberapa jalur yakni:

  1. Jatinegara – Matraman – Pasar Senen – Ancol
  2. Pasar Senen – Lapangan Banteng – Pasar Baru – Harmoni-Kota – Pasar Ikan
  3. Kemayoran – Pasar Baru – Harmoni -Tanah Abang

Trem tenaga kuda

Trem berkuda adalah moda transportasi modern pertama yang hadir di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1869. Trem ini menggunakan tenaga kuda untuk menarik gerbongnya, sehingga dapat mengangkut sekitar 40 penumpang.

Trem berkuda memiliki dua rute, yaitu dari Tanah Abang ke Jatinegara dan dari Harmoni ke Weltevreden (sekarang Gambir). Rute Tanah Abang-Jatinegara merupakan rute yang paling panjang, yaitu sekitar 10 kilometer. Rute ini melewati berbagai tempat penting di Batavia, seperti Pasar Ikan, Harmoni, dan Meester Cornelis (sekarang Jatinegara).

Namun, usia trem berkuda tidak berlangsung lama. Trem ini hanya beroperasi selama 12 tahun, yaitu hingga tahun 1881. Hal ini disebabkan oleh rute yang panjang dan berat yang harus ditempuh, sehingga membuat kuda penarik trem mengalami kelelahan.

Oleh karena itu, trem berkuda digantikan oleh trem generasi kedua, yaitu trem uap. Trem uap memiliki tenaga yang lebih besar dan dapat menempuh rute yang lebih panjang, sehingga lebih cocok untuk kondisi di Batavia.

Trem Uap

Trem uap merupakan generasi kedua trem yang hadir di Jakarta. Trem ini menggantikan trem berkuda yang sebelumnya beroperasi di Batavia (sekarang Jakarta).

Trem uap pertama kali beroperasi pada tahun 1881, dikelola oleh perusahaan Nederlandsch-Indische Tramweg Maatschappij (NITM). Trem uap memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan trem berkuda, yaitu tenaga yang lebih besar daripada trem berkuda, kapasitas yang menampung lebih banyak penumpang dan tingkat efisiensi karena tidak membutuhkan tenaga kuda. 

Trem uap terus difungsikan dalam waktu yang cukup lama, yaitu selama 20 tahun. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, trem uap akhirnya digantikan oleh trem listrik pada tahun 1901.

Trem uap meninggalkan jejak yang penting dalam sejarah transportasi di Jakarta. Trem ini menjadi saksi bisu perkembangan kota dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jakarta pada masa itu.

Trem Listrik

Trem listrik merupakan generasi ketiga trem yang hadir di Jakarta. Trem ini menggantikan trem uap yang sebelumnya beroperasi di Batavia (sekarang Jakarta).

Trem listrik pertama kali beroperasi pada tahun 1899, dikelola oleh perusahaan Batavia Electrische Tram Maatschappij (BETM). Trem listrik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan trem uap, yaitu tingkat kebersihan lingkungan yang lebih baik dibandingkan trem uap. 

Trem di Surabaya

Selain di Jakarta, trem juga pernah menjadi moda transportasi yang populer di Surabaya pada era kolonial Belanda. Trem di Surabaya mulai beroperasi pada abad ke-19, dikelola oleh perusahaan Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OJS).

Namun, kemunculan transportasi lain, seperti bus, mobil, dan taksi, mulai menggeser keberadaan trem. Bahkan, sempat diberlakukan pembagian kelas sesuai harga tiket untuk bisa menaiki trem. Pembagian kelas ini dianggap sebagai simbol penjajahan oleh kaum pergerakan nasional.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1945, pemerintah mengambil alih trem dan kereta api. Djawatan Kereta Api kemudian membagi penumpang ke dalam dua kategori, yaitu kelas I seharga 15 sen dan kelas II seharga 10 sen. Namun, keadaan ini justru membuat trem semakin mengalami kemerosotan.

Pada akhirnya, trem di Surabaya berhenti beroperasi pada tahun 1970.